Bawang tiwai/bawang dayak/bawang berlian/bawang sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah tanaman khas kalimantan yang dipercaya dan dipergunakan secara turun-temurun oleh masyarakat dayak sebagai obat berbagai jenis penyakit antara lain : penyakit kanker payudara, kanker usus, penyakit diabetes, penurun kolesterol, penurun darah tinggi, serta pencegah stroke.
Pada umbi bawang tiwai mengandung senyawa fitokimia yakni alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid dan tannin. Kandungan senyawa tersebut yang menjadikan bawang tiwai dapat digunakan sebagai obat berbagai penyakit.
Karena memiliki potensi sebagai tanaman obat yang multi fungsi sebagai obat alternatif yang relatif murah, sehingga perlu dibudidayakan dan dikembangkan. Bawang tiwai dapat digunakan sebagai obat dalam bentuk segar, simplisia, dalam bentuk manisan atau dibuat bubuk (powder).
Tanaman bawang tiwai memiliki bentuk umbi menyerupai bawang, namun aroma dan rasanya berbeda. Umbi bawang tiwai berwara merah menyala, warna daun hijau berbentuk melebar seperti pita bergaris, dengan letak daun berpasangan dan memiliki komposisi daun bersirip ganda serta pertulangan daun sejajar dengan tepi daun. Bawang tiwai memiliki bunga berwarna putih yang indah dan memikat, sehingga selain digunakan sebagai tanaman obat, tanaman ini juga dapat digunakan sebagai tanaman hias.
Tanaman ini tumbuh dengan memiliki adaptasi yang baik, dapat tumbuh dalam berbagai tipe iklim dan jenis tanah. Bawang tiwai mudah dibudidayakan dan di panen dalam waktu yang singkat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dimana saja dalam skala rumah tangga atau industri.
Beberapa cara pengolahan bawang tiwai antara lain :
a) Simplisia
- Bawang tiwai dicuci dengan air bersih, kemudian potong dan singkirkan akar dan daunnya untuk diambil bagian umbinya, setelah itu umbi diiris menggunakan pisau dengan ketebalan 1 – 2 mm.
- Irisan dikeringkan dengan cara dijemur matahari selama 24 jam atau menggunakan oven pada suhu 50°C selama 8 jam, sehingga kadar air berkisar 12 % kemudian dinginkan dan kemas dengan plastik dan tutup rapat.
b) Bubuk/Tepung (powder) Bawang Tiwai
Proses pembuatan tepung seperti pada pembuatan simplisia namun setelah irisan bawang kering, haluskan dengan blender, kemudian diayak dan masukan dalam kemasan yang tertutup rapat.
c) Bawang Tiwai Instan
- Bawang tiwai dicuci menggunakan air bersih, ambil bagian umbinya kemudian diiris tipis, ditambah air 1 : 2 bagian (1 kg bawang dayak per 2 liter air), haluskan dengan menggunakan blender.
- Setelah halus saring menggunakan kain atau kasa/screen.
- Tambahkan gula 1: 1 (1kg bawang dayak, ditambah 1 kg gula pasir),
- Kemudian dimasak dengan cara diaduk terus sampai membentuk kristal (butir-butir halus),
- Dinginkan, jika ukuran butiran masih besar, haluskan dengan blender
- Agar ukuran seragam tepung diayak kemudian dikemas
d) Manisan Bawang Tiwai
- Bawang tiwai dicuci dengan air bersih, buang akar dan batangnya kemudian umbi diiris dengan ketebalan 1 – 2 mm, kemudian dikukus selama 5 menit,
- Setelah irisan bawang tiwai yang dikukus matang, masukkan dalam larutan gula (gula + air perbandingan 1 : 1),
- masak sambil diaduk-aduk hingga kering atau ditandai gula telah mengkristal.
Cara konsumsi bawang tiwai untuk pengobatan dengan dosis 1 butir bawang segar 3x sehari (pagi, siang, sore).